BidikNewsToday.Com (Pematangsiantar) – Jakarta banjir, sangat dahsyat dan menyengsarakan bahkan menenggelamkan serta mematikan. Adakah keadaan ini berhubungan dengan dosa (?) Tanya jemaah ke saya. Dengan santai saya jawab bahwa ini masih geteran kecil dari Tuhan akibat dosa manusia. Lantas di-mana posisi orang-orang beriman (?) dan kebijakan pemimpin dalam mengatasi banjir, lanjut tanya-nya.
Ini bukan salah siapa-siapa tapi buah investasi kemaksiatan dan kejahatan manusia. Bisa di-masa lalu bisa saat ini. Telah terjadi kerusakan di-muka bumi karena ulah tangan manusia.
Menyikapi banjir tidak cukup dengan pendekatan emperik sunnatullah teori alam semesta. Sebab, Tuhan punya rencana yang paling dahsyat dari semua itu. Lantas, jika ini pengaruh dosa, bagaimana pula dengan negeri yang mayoritas melegalkan maksiat, kok tidak banjir (?)
Jawabnya bukan tidak banjir. Tapi Tuhan masih berkenan menunda. Demi apa, tentu menanti taubat kita. Tentu taubat dalam konteks vertikal dan juga dalam relasi sosial dan alam semesta. Lantas bagaimana dengan Tsunami Aceh kemaren, apakah rakyat Aceh banyak dosa (?) sehingga Tuhan semarah itu.
Jawabnya tentu tidak sedangkal itu. Sebab satu sisi ujian dan musibah juga pesan cinta dari Tuhan. Apakah itu bukan azab (?) tergantung cara menyikapinya. Maka kejadian demi kejadian harus dibaca sebagai tanda, agar manusia dapat menangkapnya sebagai isyarat akan kehendak Tuhan dengan segala kebaikan yang melingkupi-Nya.
Gempa bumi, tsunami , banjir, tanah longsor dan musibah lainnya, tak melulu ditanggap sebagai peristiwa alam biasa. Bahwa kejadian seperti gempa, bukan semata suatu pergeseran lempeng bumi mencapai titik keseimbangan baru. Peristiwa alam dimaksud, adalah suatu pesan dari langit yang perlu dibaca dengan daya supra-rasional yang kuat.
Jalaluddin Rumi pernah menyinggungnya dengan sangat gamblang; bahwa secara mikro kosmos, manusialah pusat orbit kehidupan. Maka kelakuan manusia yang acap kali melanggar kodratnya; fitrahnya, adalah suatu bagian dari rusaknya tata kosmos dalam pengertian manusia sebagai pusat orbit kehidupan; sebagaimana dimaksud Rumi. Bumi diperbaiki lewat pribadi penghuninya.
Bukankah Tuhan telah memberikan pesan begitu kuat melalui tragedi yang menimpa negeri kaum Sodom (umat nabi Luth) ? Umat Nabi Nuh, Musa, Harun atas perbuatan zalim kaumnya? Marilah kita membaca peristiwa demi peristiwa ini dengan daya dan spirit keimanan yang mumpuni.
Jika membuka Surat Al-Israa’ : 16, disitu bertuliskan, “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”.
Dan pada ayat lain Firman Allah SWT : “Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (lauhul mahfuzh).
Di dalam Al-Qur’an kita dapat mengaitkan kejadian ini, Firman Allah SWT : “Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (QS.Al-Qashash : 81).
Ayat Al-Qur’an di atas menjelaskan , karena perilaku sombong dan ingkar, Qorun yang merupakan kaum Nabi Musa, Allah hancurkan beserta semua harta-hartanya dengan menenggelamkannya ke dalam bumi. Firman Allah SWT : “Sungguh mereka terombang-ambing dalam kemabukan mereka (kesesatan). Maka mereka dibinasakan oleh suara keras ketika matahari akan terbit. Maka Kami jadikan bagian atas Kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari sijjil.” (QS.Al-Hijr [15] : 72-74).
Di ayat lain Al-Qur’an menceritakan tentang umat Nabi Luth yang durhaka akhirnnya di azab dengan gempa bumi yang sangat dahsyat. Firman Allah SWT : “Maka, tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dangan bertubi-tubi.” (QS. Huud [11] : 82).
Masih firman Allah : ” Sesungguhnya Telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah ; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” Ketika menyebutkan Q.S Ali Imran (3:137), Abu Ja’far menyebutkan, bahwa mereka yang terkena musibah, ialah kaum Nabi Luth, Tsamud, Aad (Al-Tabari).
Dan, kebenaran Al-Qur’an telah dibuktikan oleh para pencinta ilmu arkeologi. Bahwa, berita-berita dalam Al-Qur’an dapat dibuktikan. Sebenarnya, pesan Al-Qur’an yang tersiarat ialah, agar supaya manusia tidak mengulangi kesalahan-kesalahan kaum terdahulu yang sengaja berbuat kerusakan dimuka bumi, dan berbuat kemaksiatan, sehingga lupa akan tuhan pencipta.
Mengutip Abdul Adzim Irsad dalam tulisannya. Jika kita klasifikasikan, penyebab bencana yang menimpa nusantara ini karena beberapa factor :
Karena ulah manusia sendiri, sebagaimana penjelasan-Nya, Q.S al-Ruum (30:41.)Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Dalam hal ini, Allah ingin memberikan pelajaran kepada mereka yang selalu membuat kerusakan dimuka bumi ini. Beragam musibah akibat ulah manusia yang serakah, seperti; tsunami, gempa, longsor dan kebanjiran-kebanjiran lain, karena membuang sampah sembarangan. Semua itu merupakan pelajaran, bahwa yang demikian itu merugikan dirinya sendiri dan juga orang lain.
Karena perbuatan manusia yang melampui batas. Jika melihat realitas, para pejabatnya juga jarang yang amanah, walaupun tidak dipungkiri, masih ada segelintir dari mereka yang menjaga nilai-nilai luhur dan moral. Akan tetapi, jumlah yang korupsi lebih banyak, padahal mereka tahu, bahwa rakyat semakin melarat. Ratusan juta dibuat stdudy banding, sementara ratusan rakyat kecil menjerit, sekolahan roboh.
Tidak sedikit, pejabat yang selingkuh, judi, mabuk-mabukan. Sementara, rakyat kecil juga ikut-ikutan berjudi (togel), selingkuh, mencuri. Yang lebih kentara, perzinaan merajalela, dengan menggunakan kalimat ‘’Pekerja Sek Komersial’’. Jika sudah demikian, bumi semakin panas, karena perbuatan maksiat itu. Wajar, jika gempa sering terjadi, tsunami, udara panas, kekeringan, musim hujan kebanjiran. Walaupun ini bersifat alami, tetapi ada keterkaitan dengan perbuatan manusia yang melanggar norma-noram agama.
Terkait dengan bencana yang bertub-tubi dinegeri ini. Ternyata, di Madinah pernah juga terjadi Gempa Bumi. Waktu itu pada masa pemerintahan Umar Ibn al-Khatab. Ketika gempa terjadi, Umar segera mengatakan kepada para sahabat yang lain, agar segera bertaubat kepada-Nya. Sebab, penyebab gempa itu adalah perbautan maksiat. Bukan, karena lempengan-lempengan bumi, seperti para ilmuan itu. Pendekatan Umar ternyata benar. Setelah diketahui, sumber maksiat. Maka sampai saat in, Madinah tidak pernah tertimpa gemba.
Jadi, gempa bumi, gunung meletus, lumpur lapindi, longsor wasior, dan masih banyak lagi musibah yang terjadi dinegeri ini memang karena ulaha perbuatan manusia, dan juga karena manusia keterlaluan. Sehingga menyebabkan semesta ini tidak bersahabat lagi dengan manusia.
Menyikapi banjir Jakarta dan dimanapun dengan skala banjir yang tidak lajim harus disikapi secara rasional dan spiritual. Sangat penting melihat dengan pendekatan emperik, upaya rasional dan segala bentuk kesiapan teknologi untuk mencegah dan mengatasi banjir.
Tapi sungguh, jauh lebih penting menyikapinya dengan pendekatan supra-rasional, spiritual dan teological. Bahwa jika dosa sudah marajalela maka alam-pun ikut marah. Sikap terbaik kita adalah taubat. Jika umat tidak perduli lagi, maka jalan terakhir menyiapkan kapal bahtera Nuh. (B.01,HS).