BidikNewsToday.Com (Pematangsiantar) – Postingan Gusmiyadi (Goben) di Facebook, menimbulkan masalah baru. Pengurus dan penggali kubur di Taman Pemakaman Umum (TPU) Jalan Bali Kota Siantar, kini jadi enggan terlibat lagi dalam proses pemakaman jenasah pasien Covid-19.
“Gak mau lagi kami mengurusi proses pemakaman pasien Covid bang. Betullah. Kecuali Pak Dewan itu (Gusmiyadi) yang meninggal karena Covid dan keluarganya minta dikebumikan di sini. Barulah kami mau. Garatis pun kami buat bang, khusus dia. Gak usah pala dibayar upah gali lubangnya,” kata para penggali kubur yang ditemui wartawan, Kamis (12/08/2021) sekira pukul 08.00 WIB.
Andre, Aldo dan Anto, memang bagian dari penggali kubur dan pengurus TPU Jalan Bali Kota Siantar. Mereka, saat itu mengaku baru saja didatangi petugas Reserse dan Kriminal dari Poldasu.
“Kami tadi ditanyain bang. Mereka naik fortuner. Katanya polisi dari Polda. Soal uang dua juta itulah kami ditanya. Yang diviralkan anggota dewan itu,” tegas Aldo. “Begitu kami jawab semua pertanyaannya, anggota dari Polda itu pun bisa memahami kok. Mereka pergi,” tambah Aldo.
Aldo dan Anto, tidak membantah selama menggali kubur di masa pandemi, khusus terhadap jenasah pasien Covid-19, mereka membuka harga upah gali kubur kepada keluarga jenasah, di kisaran Rp2 juta.
“Itukan menurut kami wajar. Dan kalau keluarganya gak mampu, seratus ribu pun dibayar, ya kami gali juga. Ada itu yang cuma bayar seratus ribu tetap kami gali. Boleh tanya keluarganya. Inikan soal amal kemanusiaan bang. Di samping kami juga dalam rangka mempertahankan hidup kami dan keluarga,” tambah Aldo lagi.
Kalau dihitung biaya upah gali kubur sebesar Rp2 juta, menurut para penggali kubur, sangatlah wajar. Selain dikerjakan harus malam hari, juga terpaksa melibatkan enam sampai tujuh orang.
“Waktu kami hanya dua jam saja satu lubang. Makanya harus rame. Ngerjakannya pun malam bahkan bisa dini hari. Pas menggali kita juga harus hati-hati. Supaya tak mengganggu makam di sebelahnya. Kalau bau bangkai sudah lah, itu biasa. Tengkorak kepala dari makam di sebelah biasa ditemukan pas menggali lubang baru, itu yang sering kami alami. Karena malam gak begitu bagus pengelihatan. Kok dah ada kerangka beserak, kerja jadi makin panjang. Karena kerangka yang berserak harus kita susun kembali dengan rapi,” papar Aldo.
Repot dan sulitnya menggali kubur dengan waktu tertentu dan medan yang sulit, ongkos sebesar Rp2 juta tidaklah besar. Apalagi, harus dibagi-bagi dengan seluruh anggota yang terlibat penggalian.
“Dua juta bagi 6 kadang tujuh orang, seberapalah itu bang. Kalau gak suruh anggota dewan itu nyari pengganti kami. Biar mereka yang gali,” sergah Aldo.
Sejak Gusmiyadi menyebarkan informasi yang belum jelas asal usulnya ke media sosial hingga viral sampai ke grup-grup what’s app, dampaknya bukan saja para penggali kubur yang merasa nama baiknya tercemar. Keluarga dekat mereka juga merasa tak nyaman.
Sementara Andre, bahkan menyayangkan sikap Gusmiyadi yang dianggapnya ceroboh. Menyebarkan informasi sepihak yang belum tentu jelas asal usul bahkan kebenarannya.
“Dia (Gusmiyadi) sebut di FB nya biaya dua juta untuk pemakaman di TPU Jalan Bali mahal. Itu jelas tendensinya ke kami. Jelas kami sasaran tembak dia,” curiga Andre.
Sebagai anggota dewan yang menerima laporan sepihak, Gusmiyadi kata Andre, harusnya tak langsung menyebarkan info apa pun ke media sosial. Sebelum kroscek kepada kedua belah pihak. Sebab itu bukan solusi, tapi justru memicu timbulnya masalah baru.
“Datangla ke sini. Jumpai kami. Kroscek dulu kebenarannya. Bukan asal main sebar aja ke publik. Kami aja yang gak orang sekolahan kayak dia, hati-hati kali kami bermedia sosial ini. Karena bisa saja berdampak negatif,” papar Andre.
Ulah Gusmiyadi menyebarluaskan informasi tersebut, kini membuat para penggali kubur dan pengurus TPU Jalan Bali, menyatakan tidak akan mau lagi terlibat dalam proses pengebumian pasien Covid 19. Sampai batas waktu tak ditentukan.
“Kecuali jika dewan itu (Gusmiyadi) yang meninggal dunia karena Covid-19. Dan keluarganya minta dimakamkan di sini. Kami rela menggali liang lahat untuk jenasahnya. Gratis pun. Kita kan gak tau umur. Itu semua di Tangan Tuhan. Ya mudah-mudahan dewan itu sehat. Bisa dicarikannya penggali kubur pengganti kami untuk mengurus jenasah pasien Covid,” sindir Andre.
Para penggali kubur dan pengurus juga berharap, agar lebih terhormat, Gusmiyadi, mau mengulik indikasi dana Covid yang dikorupsi. Termasuk biaya gali lubang kubur untuk jenasah pasien Covid -19 yang harusnya ditanggung pemerintah.
“Kami pun miris juga minta upah gali dari keluarga pasien itu bang. Tapi kek mana, itukan keringat kami. Jadi kami kerja, bukan tanpa alasan minta uang itu. Anak istri penggali kubur mau makan juga loh di rumah. Bukan langsung kaya raya kami dari uang itu,” sentil Andre.
Terakhir, para pengurus dan penggali kubur TPU Jalan Bali, memohon maaf kepada seluruh warga Siantar. Sebab ke depan, pengurus dan penggali kubur TPU Jalan Bali, tak akan terlibat dalam proses pemakaman jenasah pasien Covid-19 yang hendak dimakamkan di TPU Jalan Bali.
Sejak mula pandemi merebak, para penggali kubur juga mengaku tak pernah mendapat perhatian pemerintah apalagi Gusmiyadi. Padahal, kerja mereka berat dan berisiko tinggi tertular Covid-19.
“Warga Siantar yang keluarganya meninggal karena Covid 19 dan hendak dimakamkan di TPU Jalan Bali, kami sampaikan permohonan maaf kami untuk tidak terlibat sementara dalam proses pemakaman jenasah. Terkhusus menggali kubur,” tutup Andre memohon maaf.
Dengan tidak aktifnya para penggali kubur dan pengurus TPU Jalan Bali dalam proses pemakaman jenasah pasien Covid-19 di Siantar, bisa dipastikan masyarakat di seputaran kawasan TPU. Seperti di Kecamatan Martoba, Utara, Barat dan Sitalasari, bakal repot mencari lokasi makam jika ada kelurga yang meninggal karena Covid. Alternatifnya, pengebumian hanya di TPU Jalan Pane.
Sekadar diketahui, Gusmiyadi, anggota DPRD Sumut dari Partai Gerindra, menyebarkan tulisan lewat status akun facebooknya atas nama Gusmiyadi.
Tulisan yang disebutnya sebagai surat terbuka, berisi informasi sepihak. Di mana, Gusmiyadi menekankan mahalnya biaya pemakaman jenasah pasien Covid 19 di TPU Jalan Bali, yakni mencapai Rp2 juta.
Selain harus mengeluarkan uang yang dianggapnya sangat mahal, Gusmiyadi yang menulis status di facebooknya pada Selasa (10/08/2021) lalu, juga memastikan harga dua juta rupiah itu baru bisa tercapai setelah melewati negosiasi panjang terlebih dahulu.
Tak sampai situ. Gusmiyadi juga menuliskan akibat mahalnya biaya pemakaman itu, tak jarang mengakibatkan kelurga para koban kesulitan menyiapkan dana. Bahkan ada yang sampai berhutang dan jual barang.
Sayangnya, tulisan Gusmiyadi itu meleset. Sebab setelah dicek wartawan, para penggali kubur bahkan tak menolak diberi upah hanya Rp100 ribu. Apabila keluarga jenasah pasien Covid yang hendak dimakamkan, benar-benar mengakui kesulitan uang alias miskin. (Rel/B.03.HARTA).