Simalungun (Prapat). BIDIK News Today. Com.
Sepertinya para masyarakat Prapat ini tidak mendukung kota turis Prapat sebagai kota destinasi wisata nasional yang menjadi Prioritas Pemerintah Pusat untuk dibanggakan sebagai milik masyarakat Indonesia.
Semua serba mahal dan mencekik leher. Mulai dari Tarif Parkirnya, Sewa tempat nyantai (Lapak) untuk duduk keluarga , bahkan bahan makanan yang tergolong makanan ringan pun harganya cukup lain dari kios umumnya.
Seperti yang dialami Keluarga Besar Khairuddin Hasibuan yang datang dari siantar dan ingin menikmati liburan (Weekend) pada Minggu sore 5/5 2024 .
Kami datang 3 mobil bersama keluarga besar, dan tiba sekitar pukul 15.00 wib . Sesampainya di sekitaran lokasi dekat hotel I and You, mobil kami parkirkan.
Tak lama berselang datang beberapa oknum yang tidak memiliki identitas nya menghampiri kami disekitaran mobil tempat kami parkirkan.
Mereka meminta uang parkir 1 Unit kendaraan Roda 4 nya dengan biaya 20000/ Unitnya . Namun karena saya tawar, jadi mereka meminta biaya parkir nya 50.000 untuk ketiga (3) Unit mobil keluarga kami.
Begitu juga soal lapak tempat tongkrongan disekitar pantai dibawah, mereka menawarkan satu lokasi 100.000 /Tempatnya. Namun karena sudah agak sunyi pemilik lokasi yang mengaku boru manurung, menawarkan 2 tempat lapak nya harga 150.000,sambil berujar kalau hari libur biasanya harga lapaknya tersebut di hargain 200.000-250.000 harganya.
Ngamurah on ito (sudah murah ini ito) , ujarnya berbahasa daerah batak Toba nya. Begitu juga dengan harga makanan ringan anak-anak maupun minuman susu-susu an anak-anak, ketika dibeli salah seorang anak anggota keluarga, harga yang biasanya diwarung umum hanya 4.500-5000- diwarung tempat sekitar lapak boru manurung menjadi harga 10.000 rupiah.
Begitu juga dengan harga Pampers (pembalut anak kecil), yang biasanya harganya dibeli diwarung umum hanya 2500-3000 rupiah / satu biji nya diwarung umum, harganya menjadi 5000-6000 rupiah / disekitaran warung pinggiran pantai.
Yang paling ironis , tak lama keluarga hasibuan ingin melaksanakan sholat maghrib dan parkir disekitaran pantai bebas prapat yang berada dipinggir jalan besar tak jauh dari polsek prapat , tarif parkir nya dikenakan 10.000/ unit mobil.
Menyikapi peristiwa yang terjadi ini, Kruu Media Bidik News Today. Com yang merupakan bahagian dari rombongan keluarga Hasibuan Memberitahukan kepada pihak-pihak yang berkompeten.
Seperti Kepada Kapolsek , Camat, Dan Kadis Perhubungan via seluler,
Mereka tidak membantahnya bahwa hal ini sudah sering terjadi dan menjadi catatan…
Seperti yang diungkapkan Camat Girsang Sipangan Bolon, Orlando Parhusip. Ngak jera juga bang. Libur lebaran kemarin sudah turun dari polres simalungun masalah pungli parkir, ujar Camat via Chat WA nya.
Begitu juga dengan Kapolsek Prapat AKP Joni Silalahi saat diberikan info soal tarif parkir, dirinya mengakui bahwa sudah sering kita ingatkan. Kita monitor dan sampaikan. Dan kordinasi dishub simalungun, ujarnya datar.

Sementara Kadis Perhubungan Kabupaten Simalungun, Sabar Saragih yang dihubungi , merasa gerah dan mengakui bahwa itu tidak ada perintah dari Dinas Perhubungan yang dikomandoi nya.
Saat dipertanyakan Apakah tarif parkir di daerah wisata prapat memang memiliki perda khusus? Sabar Saragih mengatakan bahwa tarif parkir disemua daerah kabupaten Simalungun sama, tetap 3000 rupiah/ 1 unit mobil pribadi. Jadi ngak ada itu perda khusu karena prapat daerah wisata tarif parkirnya berbeda, ujar sabar dengan tegas.
Sabar Saragih juga berjanji akan menindak lanjuti laporan dengan menurunkan team kelapangan pada hari senin 6/mei/2024.
Menyikapi hal ini, Dipertanyakan kinerja dari pihak BPODT yang katanya selama ini mengurusi wilayah Danau Toba , namun kontrol dalam hal-hal kecil sajapun mereka tak punya kinerja dan manfaat .

Masyarakat yang berkunjung disekitaran Danau Toba selama ini telah menjadi sapi perahan yang tanpa disadari jika dihitung dan dikalkulasikan kerugian nya setiap tahun Bisa diangka puluhan Milyar dari satu titik maslah, yakni “Tarif Parkir Yang Mencekik Leher “.
(B, 01). Hendra Silitonga